Tags

FIFA Bongkar Korupsi ISL

FIFA Bongkar Korupsi ISL pada Maret Ini  



Zurich - Federasi Sepak Bola International (FIFA) akan membongkar habis skandal suap yang melibatkan bekas Presiden FIFA Joao Havelange. Laporan detail mengenai suap yang berasal dari International Sport and Leisure (ISL) itu dibeberkan pada Maret mendatang.


Sebelumnya, FIFA menunjuk Jaksa Michael Garcia asal Amerika Serikat untuk menegakkan regulasi dan statuta di tubuh organisasi itu. Pada Juli tahun lalu, Garcia diangkat sebagai Kepala Investigasi Komite Etik FIFA untuk menyelidiki berbagai tuduhan korupsi di tubuh organisasi tersebut.



Salah satu tugas pertamanya adalah memeriksa kembali rincian kasus yang melibatkan ISL. "Proses terkait dengan penyelesaian kasus yang melibatkan ISL sedang berlangsung," kata FIFA dalam sebuah pernyataan resminya, seperti yang disitat dari Reuters, Kamis, 24 Januari 2013.



"Ketika pemeriksaan selesai, Garcia akan membeberkan secara mendetail temuannya dalam laporan akhir. Hal ini sudah diantisipasi pada pertemuan Komite Etik berikutnya yang dijadwalkan secara rutin pada Maret mendatang," demikian pernyataan itu.



Dokumen milik pengadilan Swis yang dirilis pada Juli lalu menyebutkan, eks Presiden FIFA Joao Havelange dan eks anggota Komite Eksekutif Ricardo Teixeira, menerima suap 27 juta poundsterling atau sekitar Rp 409 miliar untuk memuluskan penawaran hak siar Piala Dunia pada antara 1992 hingga 2000. Hanya sekitar Rp 31 miliar dari duit suap itu yang sudah dikembalikan.



Suap itu dikucurkan oleh ISL, perusahaan pemasaran asal Swiss yang gulung tikar pada 2001. Perusahaan yang didirikan oleh Horst Dassler, bekas bos produsen alat olahraga terkemuka Adidas, itu meninggalkan utang setidaknya 153 juta poundsterling atau sekitar Rp 2,32 triliun.



Havelange saat ini menjabat Presiden Kehormatan FIFA. Pemilik nama asli Jean-Marie Faustin Goedefroid de Havelange ini menduduki kursi Presiden FIFA dari 1974 hingga 1988. Sementara Teixeira mengundurkan diri sebagai Ketua Konfederasi Sepakbola Brasil (CBF) tahun lalu.



Anggota parlemen Swiss, Roland Buechel, pernah mengatakan ketika kasus ini mencuat, bahwa FIFA harus menyelidiki lebih lanjut keterlibatan anggota komite eksekutif FIFA Nicolas Leoz dan Issa Hayatou dalam skandal mega korupsi ISL ini.



Hayatou, Presiden Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), diperingatkan oleh Komite Olimpiade Internasional pada 2011 setelah ia mengaku menerima pembayaran dari ISL. Namun, duit yang ia terima tidak dinilai dalam kategori suap.



Keterlibatan Leoz, yang juga Presiden Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan, pernah dibeberkan dalam program Panorama yang disiarkan kantor berita Inggris, BBC. Ia diduga ikut menerima uang dari ISL. Tapi, Leoz membantah melakukan kesalahan.



FIFA menegaskan, Komite Etika FIFA akan menyelidiki tuduhan suap saat penawaran untuk tuan rumah 2018 dan 2022 Piala Dunia yang masing-masing diberikan kepada Rusia dan Qatar. "Kami bermaksud meninjau seluruh tuduhan, termasuk dasar pembuktian dan kredibilitas dari setiap dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh individu," kata FIFA.

0 comments:

Blogger Template by Clairvo